Selasa, 29 Oktober 2013

Siluet.


Biarkan aku berfikir hatiku jingga
Bukan merah tua atau muda
Biarkan aku diam dalam ketawaran rasa
Bukan berlari mencari rasa yang sempurna
Biarkan aku tahu, mana yang layak dan tidak
Bukan menebak-nebak dalam kegagalan janji

Cukup lama mentalku berkutat
Melawan namun mengolah rasa tak bernama ini
Cukup tua usia perasaan ini
Menua tanpa identitas

Hingga terenyuh hatiku tiba-tiba
Setapak kecil menghentikan langkahku
Latar jingga menyorotiku bagai objek
Aku telah sampai pada waktu ini
Kunamai ia sepetang-petangan
Waktu manis bersenja sepanjang petang

Aku menikmatinya
Kalutku terbalut lembut oleh senja
Hatiku mulai ceria
Seperti anak kecil, ia bermain mencari rasa
Hatiku mulai riang
Seperti bayi, ia tertawa jenaka
Hatiku mulai menanam benih-benih asa
Senyum optimis merekah dengan refleksnya

Tapi lihat, apa ini ?
Hatiku menghitam tiba-tiba !
Rasa kalut yang lalu seperti hadir kembali
Namun ku rasa ini berbeda
Ada rasa canggung, dan mungkin ...
Malu-malu ! Ah.. Ada apa ini ?

Heh ? Siapa dia ? Siapa sosok adam itu ?
Ia berjalan ke arahku
Kucoba perintah sarafku untuk menjauh
Sial, tak mampan !
Semakin dekat, semakin terdengar detak jantungku
Seakan terhipnotis, senja seperti berbisik
Dia bagianku, setengah hatiku, pasanganku

Mataku beradu lekat mencari jawaban
Dapat kulihat, hatinya menghitam sepertiku
Hati kami sama-sama hitam
Terlihat menyatu dibalik layar jingga
Karena kami adalah karya seni senja
Kami adalah siluet.