Sabtu, 07 April 2012

Ini Kelamku



Dunia, aku tahu hidup ini. Dunia, aku tahu aku bisa. Tapi, bisaku pun butuh proses. Dan proses itu tidak mudah, tidak segampang membalikan telapak tangan, atau hanya untuk mengedipkan mata. Ini sungguh berat, tak ku tahu seberapa ton kah rasaku sekarang ini ? Hingga neraca tercanggih pun seakan memberontak seketika. Entah apa penyebabnya.

Dunia, kurelakan kau mejadi saksi atas rasaku ini. Rasa kelam yang menghanyutkan diri ini. Dunia, kau tahu kan kepada siapa ku luapkan rasa ini. Ya, kepadaNya. Dia. Sang Pengetahu isi hatiku. Lalu, kau tahu pula apa yang menjadi aktivitasku setiap kelam tiba di saat rasa kelam ini pun timbul. Biarlah tanganku ini menggenggam air mata kelamku. Ku genggam sekuat hatiku. Inginku tumpah kan seluruh rasa kelamku ini. Basah tangan ini selalu mengusap hati kecil di dalam jiwa pupusku. Semoga kan membaik. Ku harap.

Dunia, ini kelamku. Ini kelamku. Ini kelamku. Sungguh aku tahu aku bisa. Tapi, biarlah ku ingin jadikan hidupku  berwarna. Walau hanya hitam dan putih. Cukup itu saja. Tak ku ingin yang lain. Tetaplah putih dan hitam. Biar ku resapi putihku, dan kutinggal jauh hitamku. Walau, hitam telah menebal beribu-ribu centi. Aku paham. Hingga senyum ku timbul di hati kecil, ingat akan janjiNya. Semoga warna-warni indah kan ku dapati di saat aku tak lagi di sisimu, Dunia.
Dunia, biarkan hati ini membisikmu “Ini Kelamku”

2 komentar:

  1. boleh berbisik, "ini kelamku" tapi berjanjilah esok hari akan ada bisikan, "ini ceriaku"

    :)

    BalasHapus