Yansa. Cahayaku. Kutahu kau seketika. Kukenal kau tanpa ku sengaja. Aku redup nan gulita. Gundah oleh dentuman langkah prajurit ego. Mereka hanya membuatku jatuh dan jatuh, tanpa mengulurkan tangan untukku bangun. Kadang aku tak tahu, kamu dan mereka mengapa berbeda ? Lantas, aku tak jarang berkalimat tanya pada hatiku, "Mengapa aku harus mengenal kalian ?", "Untuk apa aku kenal kalian ?"
Apakah di dunia yang sangat indah ini harus ada tokoh antagonis ? Rasanya, tidak perlu. Tidak dibutuhkan !
Tapi, kenapa hatiku menilai orang lain antagonis ? Entah, aku tak tahu untuk menjawab apa.
Yansa. Eh, tak kusangka ternyata kamu hebat. Kamu bisa memberiku tanda. Kamu ibarat cahaya di setiap sumber cahaya. Kamu penerangku. Kamu tunjukan aku yang sesungguhnya. Di kamu, aku tahu jawabannya. Terimakasih Yansa. Kamu memang cahayaku.
Emm, kamu emang hebat. Aku salut sama kamu. Aku rasa, aku selalu bisa terima sinarmu. Aku selalu bisa terima petunjukmu. Tetapi, apa kamu tidak bisa menjadi sepertiku ? Eh, maksudku 'rasa' ku. Aku ingin kamu punya rasa kaya aku. Aku tahu, aku terlalu peka. Jadi, aku mau kok memberikan sebagian kepekaanku untukmu. Tapi, tetap saja. Tolong yah Yansa, Cahayaku. Jangan biarkan aku kecewa :(
Aku bangga sama kamu. dan..
Kamu emang nggak bisa bangga sama aku.